PERTUSIS
(BATUK REJAN)
pengertian
Pertusis adalah suatu penyakita akut saluran
nafas, yang dapat mengenai setiap penjamu yang rentan, tetapi paling sering dan
serius pada anak-anak. Pertusis berarti batuk intensif. Uraian tertulis pertama
kali tentang penyakit epidemi ini terbit pada tahun 1578, tetapi agen
etiologisnya belum berasil diisolasikan hingga tahun 19066 oleh Bordet dan
Gengou.
Etiologi
Pertusis
biasanya disebabkan oleh Bordetella
pertussis (Hemophilus pertussis). Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan
dengan infeksi aleh B.parapertussis, B.bronchiseptica dan virus-virus adeno tipe1, 2, 3, dan 5. B. Pertussis dan
sejumlah tertentu B. Parapertussisbmerupakan agen etiologi terbesar pertusis
pada anak-anak yang tidak diimunisasikan.
B.pertussis
adalah organisme bentuk batang kecil, tidak bergerak, bersifat gram-negatif dan
memerlukan nutrisi tertentu untuk tumbuh. Organisme ini paling mudah ditemukan
pada media agar darah-gliserin-kentang(Bordet-Gengou) yang telah di tambahkan
penisilin untuk menghambat pertumbuhan organisme lain. Organisme yang baru
ditemukan, umumnya tergolong tipe
analgetik fase I. Melalui biakan, organisme ini mungkin menimbulkan induksi
menjadi bentuk-bentuk varian( organisme fase I,II,III atau IV). Strain-strain
fase I diperlukan untuk penyebaran
penyakit dan untuk menghasilkan vaksin yang efektif. B.parapertuissis dan B.
Bronchiseptica, yan secara morfologis mirip dengan B. Pertuissis, memiliki
kebutuhan pertumbuhan yang sama, tetapi dapat dibedakan melalui reaksi-reaksi
aglutinasi spesifik.
Tanda
dan gejala
Pertusis
dapat dikenali dengan mudah selama stadium paroksismal mal penyakit,bila
diagnosis terpikiran sebelumnya. Riwayat adanya kontak dengan kasus yang telah
diketahui membantu menegakkan diagnosis, etapi pada umumnya memberi hasil
negatif pada penduduk yang telah di imunisasikan.
Jumlah
leukosit mungkin dapat membantu menegakkan diagnosis. Leukositosis( jumlah
leukosit antara 20.000-50.000 sel darah) disertai limfositosis absolut ditemukan secara khas pada
akhir stadium kataral dan selama stadium paroksimal penyakit.jumlah leukosit
mungkin tidak dapat membantu menegakkan diagnosis penyakit pada bayi, karena
mereka memberikan respons limfositosis terhadap adanya infeksi. Foto rogen dada
mempertlihatkan adanya infiltrat perihilus, atelektasis atau emfisema.
Diagnosis
sefesifik tergantung pada ditemukannya organisme; yang paling baik ditemukan
pada stadium awal penyakit dengan hapusan
Patofisiologi
Peradangan
terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Dan organisme hanya akan berkembang
biak , jika berhubungan dengan epitel
bersilia. Terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa oleh limfosit-limfosit
polimorfonuklir serta penimbunan debris peradangan di dalam lumen bronkus. Pada
awalnya pentakit terjadi hiperplasia limfosid peribronkial, yang disusul dengan
proses nekrosis yang mengenai lapisan tengah dan basal epitel bronkus. Terjadi
bronkopneumonia disertai akibat penimbunan mokus. Akhirnuya terjadi
bronkiektasis yang bersifat menetap.
Perubahan-perubahan
patologis juga terjadi pada otak dan hati. Mungkin terjadi pendarahan serebri
bersifat mikroskopis maupun makroskropis, selain itu juga di temukan pula
atrofi korteks yang mungkin terjadi akibat anoksia. Infiltrasi lemak terjadi
pada hati penderita ensefalopati pertusis.
Penanggulangan
Pengobatan
dengan antibiotika tidak akan memperpendek stadium paroksimal penyakit. Eritromisin
(50mg/kg/24 jam) atau ampisilin (100mg/kg/24 jam) dapat menghilangkan organisme
penyebab pertusis dari nasofaring dalam 3-4 hari sehingga memperpendek masa
penularan. Eritromisin dapat menyembuhkan pertusis, jika diberikan pada stadium
kataral. Imunoglobulin pertusis telah
digunakan pada anak-anak berusia kurang dari 2 tahun. Pengkajian-pengkajian
terkontrol tidak berhasil mencatat efektivitas cara pengobatan ini.
Perawatan
penunjangnya berupa menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan batuk
dan mempertahankan hidrasi serta gizi. Mungkin diperlukan pemberian oksigen dan
aspirasi secara hati-hati untuk mengeluarkan sekret yang banyak dan kental,
terutama pada bayi yang menderita penemonia dan gangguan pernafasan berat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar