hujan salju

Rabu, 03 Februari 2016

pemberian ASI


A.  Pemberian Minum
a.    Konsep Dasar
Salah satu dan yang pokok minuman yang hanya boleh dikonsumsi oleh Bayi Baru Lahir dan diberikan secara cepat/dini adalah Air Susu Ibu (ASI), karena ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi (On demand) atau sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) atau sesuai kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), berikan ASI dari salah satu payudara sampai payudara benar-benar kosong, setelah itu kalau masih kurang baru diganti dengan payudara sebelahnya. Berikan ASI saja (ASI eksklusif) sampai bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambhan makanan lunak atau padat yang disebut MPASI (Makanan Pendamping ASI). Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI. Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi, tapi juga hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi memberikan dukungan yang sangat besar terhadap terjadinya proses pembentukan emosi positif pada anak, dan berbagai keuntungan bagi ibu.
Rangsangan isapan bayi pada puting akan diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Dimana hormon inilah yang akan memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila penghisapan puting susu cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap menghasilkan 10-100 cc ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI 700-800 cc ASI per hari (kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai menurun (500-700 cc) setalah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc pada 6 bulan kedua. Produksi ASI akan menjadi 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (JNPK-KR, 2007).
Adapun refleks laktasi yang terdapat pada bayi baru lahir diantaranya :
1)             Refleks mencari puting (rooting), yaitu bayi menoleh ke arah sentuhan di pipinya atau didekat mulut, berusaha untuk menghisap
2)             Refleks menghisap (suckling), yaitu areola puting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI
3)             Refleks menelan (swallowing), dimana ASI di mulut bayi mendesak otot di daerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung (JNPK-KR, 2007)
4)             Keuntungan memberikan ASI diantaranya adalah adanya keterikatan emosional ibu dan bayi, sebagai kekebalan pasif (kolostrum) untuk bayi, dan merangsang kontraksi uterus.
Pada saat mulai pemberian ASI lakukan secara dini begit bayi lahir, tali pusat diikat dan di potong segera telungkupkan bayi di atas perut ibu skin to skin kemudian selimuti mereka berdua, biarkan bayi mencari puting susu ibunya, dan ibu membantu memegang tubuh bayi agar tidak jatuh, biarkan bayi di atas perut ibu minimal satu jam sampai berhasil menyusu pada ibu dan anjurkan ibu memeluk dan menyusui bayinya, sehingga dapat merangsang produksi ASI, memperkuat refleks menghisap bayi (refleks menghisap paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir) (JNPK-KR, 2007).
b.      Pedoman menyusui ASI diantaranya adalah :
Inisiasi menyusu dini (IMD) atau Menyusui segera setelah lahir biarkan minimal satu jam di atas perut ibu. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI eksklusif selama 6 bulan), kecuali ada alasan medis (sangat jarang atau tidak memiliki ASI). Berikan ASI sesuai dengan dorongan alamiah (kapanpun dimanapun) selama bayi menginginkan.
Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu menyentuh payudara, mulut bayi terbuka lebar, hidung mendekat atau kadang menyentuh payudara, mulut mencakup sebanyak mungkin areola bagian bawah, bibir bawah melengkung keluar, bayi menghisap dengan kuat namun perlahan dan kadang-kadang berhenti sesaat. (JNPK-KR, 2007).

c.       Perawatan payudara selama ibu menyusui
-            Atur ulang posisi menyusui jika mengalami kesulitan dan ubah posisi untuk mencegah luka pada payudara
-            Mengeringkan payudara setelah menyusui
-            Untuk mencegah lecet dan retak oleskan sedikit ASI ke puting (lecet dan retak pada puting susu tidak berbahaya)
-            Keringkan dulu sebelum menggunakan pakaian
-            Jika ibu mengalami mastitis/tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
-       Tanda dan gejala bahaya dalam menyusi yaitu diantaranya adalah bintik/garis merah panas pada payudara, teraba gumpalan/bengkak pada payudara, demam (˃38˚c) (JNPK-KR, 2007).
Berkaitan dengan ASI, bidan memiliki tugas utama diantaranya sperti memberdayakan perawatan payudara, cara menyusui, merawat tali pusat dan memandikan bayi. Serta mengatasi masalah laktasi dan memantau keadaan ibu dan bayi. (JNPK-KR, 2007).
B.       Menolong Buang Air Besar (BAB) Pada Bayi
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam. Bayi baru lahir yang diberi makan lebih awal akan cepat mengeluarkan tinja dari pada mereka yang diberi makan kemudian. Tinja dari bayi yang disusui ibunya berbeda dengan tinja yang diberi susu botol.
Tinja dari bayi yang disusui lebih lunak berwarna kuning emas dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit bayi. Adalah normal bagi bayi untuk defekasi setelah diberi makan atau defekasi 1x setiap 3 atau 4 hari. Walaupun demikian konsistensi tinja tetap lunak dan tidak berbentuk. Tinja dari bayi yang minum susu botol berbentuk, namun tetap lunak, berwarna kuning pucat dan memiliki bau yang khas. Tinja ini cenderung mengiritasi kulit bayi. Jumlah tinja akan berkurang pada minggu kedua dari 5 atau 6x defekasi setiap hari (1x defekasi setiap kali diberi makan) menjadi 1 atau 2x sehari. Bayi mulai memiliki pola defekasi pada minggu kedua kehidupannya. Dengan tambahan makanan padat tinja bayi akan menyerupai tinja orang dewasa. Bayi biasanya dalam 3 hari pertama BAB, tinja masih dalam bentuk mekonium dan normalnya bayi BAB paling tidak 1x sehari.
Setiap kali bayi BAB, maka segera bersihkan daerah bokong bayi, agar tidak lecet dan mengganggu kenyamanan bayi, karena jika daerah bokong lembab dan kotor mudah mengalami lecet sehingga nantinya bayi akan rewel, untuk membersihkan daerah bokong, sebaiknya memakai air bersih hangat dan sabun, kemudian segera keringkan dengan handuk secara lembut. Ibu, keluarga atau bidan setelah menolong bayi BAB, segera cuci tangan di air mengalir dengan memakai sabun.




C.       Menolong Buang Air Kecil (BAK)
Fungsi ginjal mirip dengan fungsi yang dimiliki pada orang dewasa belum terbentuk pada tahun kedua yang dimiliki oleh bayi. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat pada kandung kemih bayi saat lahir tapi BBL mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini. Berkemih 6-10x dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup atau berkemih ˃8x pertanda ASI cukup. Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat, dan kering, maka setelah BAK harus diganti popoknya.
Sama seperti diatas, setiap kali bayi BAK, maka segera bersihkan daerah bokong bayi, agar tidak lecet dan mengganggu kenyamanan bayi, akan tetapi kalau hanya buang air kecil tidak perlu memakai sabun cukup dengan menggunakan kapas Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT) yaitu kapas DTT yang dicerelup ke dalam air DTT (air direbus hingga mendidih setelah itu hitung 20 menit) karena jika daerah bokong lembab dan kotor mudah mengalami lecet sehingga nantinya bayi akan rewel, kemudian segera keringkan dengan handuk secara lembut. . Ibu, keluarga atau bidan setelah menolong bayi BAB, segera cuci tangan di air mengalir dengan memakai sabun.

D.      Kebutuhan Istirahat/Tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Neonatus sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat, pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Jumlah total tidur bayi akan berkurang seiring bertambahnya usia bayi, pola ini dapat terlihat pada tabel berikut :
USIA
LAMA TIDUR
1 minggu
16,5 jam
1 tahun
14 jam
2 tahun
13 jam
5 tahun
11 jam
9 tahun
10 jam




E.       Menjaga Kebersihan Kulit Bayi
Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir. Sebelum dimandikan periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suhu aksila 36,5-37,5˚C). Jika suhu tubuh bayi masih di bawah batas normal maka selimuti tubuh bayi dengan longgar, tutupi bagian kepala, tempatkan bersama dengan ibunya (skin to skin), tunda memandikan bayi sampai suhu tubuhnya stabil dalam waktu 1 jam. Tunda juga untuk memandikan bayi jika mengalami gangguan pernapasan.
Ruangan untuk memandikan bayi harus hangat dan tidak ada tiupan angin. Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat. Setelah bayi dimandikan, segera keringkan dan selimuti kembali bayi, kemudian berikan kepada ibunya untuk disusui dengan ASI.Memandikan harian pada bayi dilakukan harus di ruangan yang hangat, bebas dari hembusan angin langsung dan tergantung kondisi udara. Jangan memandikan bayi langsung saat bayi baru bangun tidur, karena sebelum adanya aktivitas dan pembakaran energi di khawatirkan terjadi hipotermi dan bayi masoh kedinginan. Prinsip memandikan bayi adalah cepat dan hati-hati, pada saat memandikan usahakan membasahi bagian-bagian tubuh tidak langsung sekaligus :
1)        Bagian kepala : lap muka bayi dengan waslap lembut, tidak usah memakai sabun, kemudian lap dengan handuk , lalu basahi kepala bayi dengan air kemudian pakailah sampo kalau rambut kotor, kemudian dibilas lalu keringkan dengan handuk.
2)        Bagian tubuh : buka pembungkus bayi, pakaian dan popok, kalau bayi BAB, bersihkan terlebih dahulu, kemudian lap tubuh bayi dengan cepat dan keringkan memakai waslap yang telah diberi air dan sabun mulai dari leher, dada, perut, punggung, kaki dengan cepat, kemudian angkat tubuh bayi dan celupkan ke bak mandi yang telah diisi air dengan hangat ±37˚C.
3)        Angkat tubuh bayi lalu keringkan dengan handuk, pakaikan minyak, keringkan dengan handuk. Pakaikan minyak telon pada dada, pelon pada dada, perut dan punggung janganpakaikan bedak, lalu pakaikan baju, kemudian bayi di bungkus agar hangat dan dekapkan ke tubuh ibu.

F.        Menjaga Keamanan Bayi
Jangan sesekali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak. Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur.

G.      Mendeteksi Tanda-Tanda Bahaya Pada Bayi
Jika menemukan kondisi ini, harus segera dilakukan pertolongan dan orang tua harus mengetahuinya seperti :
a.    Pernapasan sulit atau lebih dari 60x permenit
b.    Terlalu hangat (˃38˚C) atau terlalu dingin (˂36˚C)
c.    Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar
d.   Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan
e.    Tali pusat merah, bengkak, berbau busuk, keluar cairan, berdarah
f.     Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan, pernapasan sulit
g.    Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/cair, sering berwarna hijau tua, ada lendir atau darah
h.    Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.

H.      Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang
a.    Perawatan tali pusat
A.
Perawatan Tali Pusat
1.Tali pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan
umbilical cord
.
Merupakan saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan,
sebab selama dalam rahim, tali pusat ini lah yang menyalurkan oksigen
dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalam nya. Begitu
janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen.dari ibunya, karena
bayi mungil ini sudah dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Karena
sudah tak diperlukan lagi maka salu
ran ini harus dipotong dan dijepit, atau
diikat (Wibowo, 2008).
Diameter tali pusat antara 1cm
-
2,5cm, dengan rentang panjang
antara 30cm
-
100cm, rata
-
rata 55cm, terdiri atas alantoin yang rudimenter,
sisa
-
sisa omfalo mesenterikus, dilapisi membran mukus
yang tipis,
selebihnya terisi oleh zat seperti agar
-
agar sebagai jaringan penghubung
mukoid yang disebut jeli whartor. Setelah tali pusat lahir akan segera
berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat akan menyempit tetapi
belum obliterasi, karena itu tal
i pusat harus segera dipotong dan diikat
kuat
-
kuat supaya pembuluh darah tersebut oklusi serta tidak perdarahan
(Retniati, 2010;9).

2. Definisi perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara
pada tali pusat bayi
setelah tali pusat dipotong atau sebelum puput
(Paisal, 2008).
Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali pusat
yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi, kemudian
tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan
terhindar dari infeksi tali pusat (Hidayat,2005).

3. Tujuan perawatan tali pusat
Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit
tetanus pada bayi baru lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman
-
kuman
tidak masuk sehi
ngga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit
tetanus ini disebabkan oleh
clostridium tetani
yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (Racun), yang masuk melalui luka tali pusat,
karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih (Saifuddin, 2001
).
Menurut Paisal (2008), perawatan tali pusat bertujuan untuk
menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada
bayi baru lahir, membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering
dan lepas.
.
4.Penatalaksanaan perawatan tali pusat yang benar
(Panduan APN, 2010)
a. Peralatan Yang Dibutuhkan:
1). 2 Air DTT, hangat :
-
1 untuk membasahi dan menyabuni
-
1 untuk membilas
2). Washlap kering dan basah
3). Sabun bayi
4). Kassa steril
5). 1 set pakaian bayi
b. Pr
osedur Perawatan Tali Pusat:
1). Cuci tangan.
2)
. Dekatkan alat.
3). Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju,
bedong yang sudah digelar.
4). Buka bedong bayi.
5). Lepas bungkus tali pusat.
6). Bersihkan/
ceboki dengan washlap 2
-
3x dari bagian muka
sampai kaki/ atas ke bawah.
7). Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih.
8). Bersihkan tali pusat, dengan cara:
a). Pegang bagian ujung
b). Basahi dengan washlap dari ujung me
lingkar ke batang
c). Disabuni pada bagian batang dan pangkal
d). Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang
e).
Keringkan sisa air dengan kassa steril
f).
Tali pusat tidak dibungkus.
9). Pakaikan popok, ujung atas popok dibaw
ah tali pusat, dan
talikan di pinggir. Keuntungan : Tali pusatnya tidak lembab,
jika pipis tidak langsung mengenai tali pusat, tetapi ke bagian
popok dulu.
10). Bereskan alat.
11). Cuci tangan.
Menurut rekomendasi WHO, cara perawatan tali pusa
t yaitu
cukup membersihkan bagian pangkal tali pusat, bukan ujungnya,
dibersihkan menggunakan air dan sabun, lalu kering anginkan hingga
benar
-
benar kering. Untuk membersihkan pangkal tali pusat, dengan
sedikit diangkat (bukan ditarik).
Penelitian sebelum
nya menunjukkan bahwa tali pusat yang
dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput
(lepas) dibanding tali pusat yang dibersihkan menggunakan alkohol.
Selama sebelum tali pusat puput, sebaiknya bayi tidak
dimandikan dengan cara dicelupkan k
e dalam air, cukup dilap saja
dengan air hangat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya 2x sehari
selama balutan atau kain yang bersentuhan dengan tali pusat tidak
dalam keadaan kotor atau basah. Tali pusat juga tidak boleh dibalut
atau ditutup rapat deng
an apapun, karena akan membuatnya menjadi
lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga dapat
menimbulkan resiko infeksi. Intinya adalah membiarkan tali pusat
terkena udara agar cepat mengering dan terlepas.
5
.
Dampak positif dan dampak negatif
Dampak positif dari perawatan tali pusat adalah
bayi akan
sehat dengan kondisi tali pusat bersih dan tidak terjadi infeksi serta
tali pusat pupus lebih cepat yaitu antara hari ke 5
-
7 tanpa ada
kom
plikasi (Hidayat, 2005).
Dampak negatif perawata
n tali pusat adalah
apabila tali pusat
tidak dirawat dengan baik, kuman
-
kuman bisa masuk sehingga
terjadi infeksi yang mengakibatkan penyakit
Tetanus neonatorum
.
Penyakit ini adalah salah satu penyebab kematian bayi yang terbesar
di Asia Tenggara dengan ju
mlah 220.000 kematian bayi, sebab masih
banyak masyarakat yang belum mengerti tentang cara perawatan tali
pusat yang baik dan benar (Dinkes RI, 2005).
Cara persalinan yang
tidak steril dan cara perawatan tali pusat dengan pemberian ramuan
tradisional menin
gkatkan terjadinya tetanus pada bayi baru lahir
(Retniati, 2010;11).
6. Cara pencegahan infeksi pada tali pusat
Cara penanggulangan atau pencegahan infeksi pada tali pusat
meliputi:
a
). Penyuluhan bagi ibu pasca melahir
kan tentang merawat tali p
usat
b
). Memberikan latihan tentang perawatan tali pusat pada ibu pasca
persalinan.
c
). Instruksikan ibu untuk sel
alu memantau keadaan bayinya.
d
). Lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan setiap kali basah
atau
kotor.
(Arin & Akbar, 2009
).
Hasil penelitian Sri Mutia Batu Bara (2009) di desa Kota Datar
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang menyebutkan
bahwa jumlah infeksi pada tali pusat pada tahun 2008 berjumlah 65%
kemudian meningkat menjadi 80% pada tahun 2009, kondisi ini
menunjukkan bahwa angka infeksi tali pusat semakin meningkat.
Rendahnya pengetahuan tentang perawatan tali pusat diduga turut
menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian akibat infeksi
tali
pusat,
(Iis Sinsin, 2008).
Infeksi tali pusat pada dasa
rnya dapat dicegah dengan melakukan
perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan
kering dan bersih. Pemakaian antimikrobial topikal pada perawatan tali
pusat dapat mempengaruhi waktu pelepasan tali pusat, yaitu merusak
flora nor
mal sekitar tali pusat sehingga memperlambat pelepasan tali
pusat (Retniati, 2010;4). Pemberian antiseptik pada tali pusat tidak
diperlukan, karena resiko terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang
penting terjaga kebersihannya. Berbeda dengan bayi yang dir
awat di
rumah sakit, penggunaan antiseptik mungkin diperlukan untuk
mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat (Ratri Wijaya, 2006;12).
Perawatan praktis lainnya
yang mungkin dapat mengurangi timbulnya resiko terjadinya infeksi tali
pusat adalah
dengan cara rawat gabung dan kontak langsung kulit bayi
dan ibunya mulai lahir agar bayi mendapatkan pertumbuhan flora normal
dari ibunya yang sifatnya patogen. Pemberian air susu ibu yang dini dan
sering akan memberikan antibodi kepada bayi untuk melawan
infeksi.
Pemberian antiseptik pada tali pusat tidak diperlukan, karena resiko
terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang penting terjaga kebersihannya.
Berbeda dengan bayi yang dirawat di rumah sakit, penggunaan antiseptik
mungkin diperlukan untuk mengurang
i terjadinya infeksi pada tali pusat
(Retniati, 2010;12









b.    Pemberian ASI
Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin inilah yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi menghisap puting susu akan semakin banyak prolaktin dan ASI dikeluarkan. Pada hari-hari pertama kelahiran bay, apabila penghisapan puting susu cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700-800 ml ASI per hari (kisaran 600-1000 ml untuk tumbuh kembang bayi). Produksi ASI mulai menurun (500-700 ml) setelah 6 bulan kedua usia bayi. Produksi ASI akan meningkat menjadi 300-500 pada tahun kedua usia anak.
c.    Refleks Laktasi
Dimasa laktasi, terdapat 2 mekanisme refleks pada ibu yaitu refleks prolaktin dan refleks oksitosin berperan dalam produksi ASI dan involusi uterus (khususnya pada masa nifas).
Pada bayi, terdapat 3 jenis refleks, yaitu :
1)        Refleks mencari puting susu (rooting refleks)
Bayi akan menoleh ke arah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang disentuhkan tersebut.
2)        Refleks menghisap (suckling refleks) :
Rangsangan puting suus pada langit-langit bayi menimbulkan refleks menghisap. Isapan ini akan menyebabkan areola dan puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan langit-langit bayi sehingga sinus laktifus dibawah areola dan ASI terpancar keluar.
3)        Refleks menelan (swallowing refleks) :
Kumpulan ASI didalam mulut bayi mendesak otot-otot di daerah mulut dan fraing untuk mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI kedalam lambung bayi. Keuntungan memberikan ASI :
-          Mempromosikan keterikatan emosional ibu dan bayi
-          Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum
-          Merangsang kontraksi uterus


.

f.     Jaga kehangatan bayi
Berikan bayi kepadaa ibunya secepat mungkin. Kontak antara ibu dengan kulit bayi sangat penting untuk kehangatan mempertahankan panas tubuh bayi. Gantilah handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan jangan lupa memastikan kepala bayi telah terlindungi dengan baik untuk mencegah kehilangan panas. Apabila suhu bayi ˃36,5˚, segera hangatkan bayi dengan teknik metode kangguru. Perawatan metode kangguru adalah perawtan untuk bayi prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu. Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan bayi yang baru lahir prematur maupun yang aterm. Kehangatan tubuh ibu merupakan sumber efektif. Hal ini terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi.
Prinsip ini dikenal sebagai skin to skin contact atau meyode kangguru. Perawatan dengan metode kangguru merupakan cara efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang.Bayi baru lahir daoat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
1)   Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan dan di selimuti.
2)   Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3)   Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran uadara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
4)   Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).

g.    Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
1)   Keringkan bayi dengan seksama : pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengringkan dengan cara menyeka tubuh bayi juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasnnya.
2)   Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat : segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain yang basah diganti dengan selimut atau akain yang baru (hangat, bersih, dan kering).
3)   Selimuti bagian kepala bayi : pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4)   Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya : pelukan ibu pada tubuh bayi sapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu 1 jam pertama kelahiran.
5)   Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir : karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan (sedikitnya) 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
6)   Praktik memandikan bayi yang dianjurkan : tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir, sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermia). Sebelum memandikan bayi periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suhu aksila 36,5˚-37,5˚C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5 selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepalanya dan tempatkan bersama ibunya ditempat tidur atau lakukan persentuhan kulit ibu-bayi dan selimuti keduanya.
7)   Tunda memandikan bayi bila suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) 1 jam : tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami maslah pernapasan. Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh  bayi setelah dimandikan. Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat. Segera keringkan bayi denagn menggunakan handuk bersih dan kering. Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik. Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik. Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya.

h.    Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya bayi ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.

i.      Tanda-tanda bahaya
Jika timbul tanda-tanda bahaya, ajarkan ibu untuk melakukan : berikan pertolongan pertama sesuai kemampuan ibu dan sesuai kebutuhan sampai bayi memperoleh perawatan medis lanjutan. Bawa bayi ke RS atau klinik terdekat untuk perawatan tindakan segera.




PENUTUP
A.           Kesimpulan
Asuhan yang diberikan pada bayi 6 minggu pertama harus dilakukan secara benar dan tepat agar bayi merasa nyaman dan tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan. Asuhan yang diberikan antara lain :
1.    Dalam Pemberian ASI
2.    Pengukuran BB
3.    Kontrol Suhu
4.    Perawatan Tali Pusat
5.    Memandikan Bayi
6.    Penyuluhan Sebelum pada Orang Tua
7.    Mempromosikan vaksinasi

B.            Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat pada para pembaca dalam menambah pengetahuan tentang asuhan pada bayi 6 minggu pertama. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritk dan saran diharapkan untuk dapat menyempurnakannya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar