A. Pemberian
Minum
a. Konsep
Dasar
Salah
satu dan yang pokok minuman yang hanya boleh dikonsumsi oleh Bayi Baru Lahir
dan diberikan secara cepat/dini adalah Air Susu Ibu (ASI), karena ASI merupakan
makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling
sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi (On demand) atau
sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) atau sesuai kebutuhan bayi setiap
2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), berikan ASI dari salah satu payudara
sampai payudara benar-benar kosong, setelah itu kalau masih kurang baru diganti
dengan payudara sebelahnya. Berikan ASI saja (ASI eksklusif) sampai bayi
berumur 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2
tahun, dengan penambhan makanan lunak atau padat yang disebut MPASI (Makanan
Pendamping ASI). Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI. Tidak saja
dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi, tapi juga hubungan kasih
sayang antara ibu dan bayi memberikan dukungan yang sangat besar terhadap
terjadinya proses pembentukan emosi positif pada anak, dan berbagai keuntungan
bagi ibu.
Rangsangan
isapan bayi pada puting akan diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise
anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Dimana hormon inilah yang akan
memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Pada hari-hari pertama kelahiran bayi,
apabila penghisapan puting susu cukup adekuat maka akan dihasilkan secara
bertahap menghasilkan 10-100 cc ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari
10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI 700-800 cc ASI per hari
(kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai menurun
(500-700 cc) setalah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc pada 6 bulan kedua.
Produksi ASI akan menjadi 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (JNPK-KR,
2007).
Adapun
refleks laktasi yang terdapat pada bayi baru lahir diantaranya :
1) Refleks
mencari puting (rooting), yaitu bayi menoleh ke arah sentuhan di pipinya atau
didekat mulut, berusaha untuk menghisap
2) Refleks
menghisap (suckling), yaitu areola puting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan
langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI
3) Refleks
menelan (swallowing), dimana ASI di mulut bayi mendesak otot di daerah mulut
dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam
lambung (JNPK-KR, 2007)
4) Keuntungan
memberikan ASI diantaranya adalah adanya keterikatan emosional ibu dan bayi,
sebagai kekebalan pasif (kolostrum) untuk bayi, dan merangsang kontraksi
uterus.
Pada
saat mulai pemberian ASI lakukan secara dini begit bayi lahir, tali pusat
diikat dan di potong segera telungkupkan bayi di atas perut ibu skin to skin
kemudian selimuti mereka berdua, biarkan bayi mencari puting susu ibunya, dan
ibu membantu memegang tubuh bayi agar tidak jatuh, biarkan bayi di atas perut
ibu minimal satu jam sampai berhasil menyusu pada ibu dan anjurkan ibu memeluk
dan menyusui bayinya, sehingga dapat merangsang produksi ASI, memperkuat
refleks menghisap bayi (refleks menghisap paling kuat dalam beberapa jam
pertama setelah lahir) (JNPK-KR, 2007).
b. Pedoman
menyusui ASI diantaranya adalah :
Inisiasi
menyusu dini (IMD) atau Menyusui segera setelah lahir biarkan minimal satu jam
di atas perut ibu. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI
eksklusif selama 6 bulan), kecuali ada alasan medis (sangat jarang atau tidak
memiliki ASI). Berikan ASI sesuai dengan dorongan alamiah (kapanpun dimanapun)
selama bayi menginginkan.
Tanda
posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu menyentuh payudara, mulut bayi
terbuka lebar, hidung mendekat atau kadang menyentuh payudara, mulut mencakup
sebanyak mungkin areola bagian bawah, bibir bawah melengkung keluar, bayi
menghisap dengan kuat namun perlahan dan kadang-kadang berhenti sesaat.
(JNPK-KR, 2007).
c. Perawatan
payudara selama ibu menyusui
- Atur
ulang posisi menyusui jika mengalami kesulitan dan ubah posisi untuk mencegah
luka pada payudara
- Mengeringkan
payudara setelah menyusui
- Untuk
mencegah lecet dan retak oleskan sedikit ASI ke puting (lecet dan retak pada
puting susu tidak berbahaya)
- Keringkan
dulu sebelum menggunakan pakaian
- Jika
ibu mengalami mastitis/tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu untuk tetap
memberikan ASI
- Tanda
dan gejala bahaya dalam menyusi yaitu diantaranya adalah bintik/garis merah
panas pada payudara, teraba gumpalan/bengkak pada payudara, demam (˃38˚c)
(JNPK-KR, 2007).
Berkaitan
dengan ASI, bidan memiliki tugas utama diantaranya sperti memberdayakan
perawatan payudara, cara menyusui, merawat tali pusat dan memandikan bayi.
Serta mengatasi masalah laktasi dan memantau keadaan ibu dan bayi. (JNPK-KR,
2007).
B. Menolong
Buang Air Besar (BAB) Pada Bayi
Jumlah
feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah
paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi (kecil-kecil
berwarna coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari
ketiga sampai keenam. Bayi baru lahir yang diberi makan lebih awal akan cepat
mengeluarkan tinja dari pada mereka yang diberi makan kemudian. Tinja dari bayi
yang disusui ibunya berbeda dengan tinja yang diberi susu botol.
Tinja
dari bayi yang disusui lebih lunak berwarna kuning emas dan tidak menyebabkan
iritasi pada kulit bayi. Adalah normal bagi bayi untuk defekasi setelah diberi
makan atau defekasi 1x setiap 3 atau 4 hari. Walaupun demikian konsistensi
tinja tetap lunak dan tidak berbentuk. Tinja dari bayi yang minum susu botol
berbentuk, namun tetap lunak, berwarna kuning pucat dan memiliki bau yang khas.
Tinja ini cenderung mengiritasi kulit bayi. Jumlah tinja akan berkurang pada
minggu kedua dari 5 atau 6x defekasi setiap hari (1x defekasi setiap kali
diberi makan) menjadi 1 atau 2x sehari. Bayi mulai memiliki pola defekasi pada
minggu kedua kehidupannya. Dengan tambahan makanan padat tinja bayi akan
menyerupai tinja orang dewasa. Bayi biasanya dalam 3 hari pertama BAB, tinja
masih dalam bentuk mekonium dan normalnya bayi BAB paling tidak 1x sehari.
Setiap
kali bayi BAB, maka segera bersihkan daerah bokong bayi, agar tidak lecet dan
mengganggu kenyamanan bayi, karena jika daerah bokong lembab dan kotor mudah
mengalami lecet sehingga nantinya bayi akan rewel, untuk membersihkan daerah
bokong, sebaiknya memakai air bersih hangat dan sabun, kemudian segera
keringkan dengan handuk secara lembut. Ibu, keluarga atau bidan setelah
menolong bayi BAB, segera cuci tangan di air mengalir dengan memakai sabun.
C. Menolong
Buang Air Kecil (BAK)
Fungsi
ginjal mirip dengan fungsi yang dimiliki pada orang dewasa belum terbentuk pada
tahun kedua yang dimiliki oleh bayi. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat
pada kandung kemih bayi saat lahir tapi BBL mungkin tidak mengeluarkan urine
selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini. Berkemih 6-10x
dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup atau berkemih ˃8x
pertanda ASI cukup. Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15-16
ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat, dan kering, maka setelah
BAK harus diganti popoknya.
Sama
seperti diatas, setiap kali bayi BAK, maka segera bersihkan daerah bokong bayi,
agar tidak lecet dan mengganggu kenyamanan bayi, akan tetapi kalau hanya buang
air kecil tidak perlu memakai sabun cukup dengan menggunakan kapas Desinfektan
Tingkat Tinggi (DTT) yaitu kapas DTT yang dicerelup ke dalam air DTT (air
direbus hingga mendidih setelah itu hitung 20 menit) karena jika daerah bokong
lembab dan kotor mudah mengalami lecet sehingga nantinya bayi akan rewel,
kemudian segera keringkan dengan handuk secara lembut. . Ibu, keluarga atau
bidan setelah menolong bayi BAB, segera cuci tangan di air mengalir dengan
memakai sabun.
D. Kebutuhan
Istirahat/Tidur
Dalam
2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Neonatus sampai
usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal
malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat,
pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Jumlah total tidur bayi
akan berkurang seiring bertambahnya usia bayi, pola ini dapat terlihat pada
tabel berikut :
USIA
|
LAMA TIDUR
|
1 minggu
|
16,5 jam
|
1 tahun
|
14 jam
|
2 tahun
|
13 jam
|
5 tahun
|
11 jam
|
9 tahun
|
10 jam
|
E. Menjaga
Kebersihan Kulit Bayi
Bayi
sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir. Sebelum dimandikan periksa
bahwa suhu tubuh bayi stabil (suhu aksila 36,5-37,5˚C). Jika suhu tubuh bayi
masih di bawah batas normal maka selimuti tubuh bayi dengan longgar, tutupi
bagian kepala, tempatkan bersama dengan ibunya (skin to skin), tunda memandikan
bayi sampai suhu tubuhnya stabil dalam waktu 1 jam. Tunda juga untuk memandikan
bayi jika mengalami gangguan pernapasan.
Ruangan
untuk memandikan bayi harus hangat dan tidak ada tiupan angin. Mandikan bayi
secara cepat dengan air bersih dan hangat. Setelah bayi dimandikan, segera
keringkan dan selimuti kembali bayi, kemudian berikan kepada ibunya untuk
disusui dengan ASI.Memandikan harian pada bayi dilakukan harus di ruangan yang
hangat, bebas dari hembusan angin langsung dan tergantung kondisi udara. Jangan
memandikan bayi langsung saat bayi baru bangun tidur, karena sebelum adanya
aktivitas dan pembakaran energi di khawatirkan terjadi hipotermi dan bayi masoh
kedinginan. Prinsip memandikan bayi adalah cepat dan hati-hati, pada saat
memandikan usahakan membasahi bagian-bagian tubuh tidak langsung sekaligus :
1) Bagian
kepala : lap muka bayi dengan waslap lembut, tidak usah memakai sabun, kemudian
lap dengan handuk , lalu basahi kepala bayi dengan air kemudian pakailah sampo
kalau rambut kotor, kemudian dibilas lalu keringkan dengan handuk.
2) Bagian
tubuh : buka pembungkus bayi, pakaian dan popok, kalau bayi BAB, bersihkan
terlebih dahulu, kemudian lap tubuh bayi dengan cepat dan keringkan memakai
waslap yang telah diberi air dan sabun mulai dari leher, dada, perut, punggung,
kaki dengan cepat, kemudian angkat tubuh bayi dan celupkan ke bak mandi yang
telah diisi air dengan hangat ±37˚C.
3) Angkat
tubuh bayi lalu keringkan dengan handuk, pakaikan minyak, keringkan dengan
handuk. Pakaikan minyak telon pada dada, pelon pada dada, perut dan punggung
janganpakaikan bedak, lalu pakaikan baju, kemudian bayi di bungkus agar hangat
dan dekapkan ke tubuh ibu.
F. Menjaga
Keamanan Bayi
Jangan
sesekali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Hindari pemberian apapun ke
mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak. Jangan menggunakan alat
penghangat buatan di tempat tidur.
G. Mendeteksi
Tanda-Tanda Bahaya Pada Bayi
Jika
menemukan kondisi ini, harus segera dilakukan pertolongan dan orang tua harus
mengetahuinya seperti :
a. Pernapasan
sulit atau lebih dari 60x permenit
b. Terlalu
hangat (˃38˚C) atau terlalu dingin (˂36˚C)
c. Kulit
bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar
d. Hisapan
saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan
e. Tali
pusat merah, bengkak, berbau busuk, keluar cairan, berdarah
f. Tanda-tanda
infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan,
pernapasan sulit
g. Tidak
BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/cair, sering berwarna
hijau tua, ada lendir atau darah
h. Menggigil,
rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.
H. Penyuluhan
Sebelum Bayi Pulang
a. Perawatan
tali pusat
A.
Perawatan Tali Pusat
1.Tali pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya
disebut dengan
umbilical cord
.
Merupakan saluran kehidupan bagi
janin selama ia di dalam kandungan,
sebab selama dalam rahim, tali pusat
ini lah yang menyalurkan oksigen
dan makanan dari plasenta ke janin
yang berada di dalam nya. Begitu
janin dilahirkan, ia tidak lagi
membutuhkan oksigen.dari ibunya, karena
bayi mungil ini sudah dapat bernafas
sendiri melalui hidungnya. Karena
sudah tak diperlukan lagi maka salu
ran ini harus dipotong dan dijepit,
atau
diikat (Wibowo, 2008).
Diameter tali pusat antara 1cm
-
2,5cm, dengan rentang panjang
antara 30cm
-
100cm, rata
-
rata 55cm, terdiri atas alantoin
yang rudimenter,
sisa
-
sisa omfalo mesenterikus, dilapisi
membran mukus
yang tipis,
selebihnya terisi oleh zat seperti
agar
-
agar sebagai jaringan penghubung
mukoid yang disebut jeli whartor.
Setelah tali pusat lahir akan segera
berhenti berdenyut, pembuluh darah
tali pusat akan menyempit tetapi
belum obliterasi, karena itu tal
i pusat harus segera dipotong dan
diikat
kuat
-
kuat supaya pembuluh darah tersebut
oklusi serta tidak perdarahan
(Retniati, 2010;9).
2. Definisi perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat adalah
perbuatan merawat atau memelihara
pada tali pusat bayi
setelah tali pusat dipotong atau
sebelum puput
(Paisal, 2008).
Perawatan tali pusat adalah
pengobatan dan pengikatan tali pusat
yang menyebabkan pemisahan fisik
terakhir antara ibu bayi, kemudian
tali pusat dirawat dalam keadaan
steril, bersih, kering, puput dan
terhindar dari infeksi tali pusat
(Hidayat,2005).
3. Tujuan perawatan tali pusat
Tujuan perawatan tali pusat adalah
mencegah terjadinya penyakit
tetanus pada bayi baru lahir, agar
tali pusat tetap bersih, kuman
-
kuman
tidak masuk sehi
ngga tidak terjadi infeksi pada tali
pusat bayi. Penyakit
tetanus ini disebabkan oleh
clostridium tetani
yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (Racun), yang
masuk melalui luka tali pusat,
karena perawatan atau tindakan yang
kurang bersih (Saifuddin, 2001
).
Menurut Paisal (2008), perawatan
tali pusat bertujuan untuk
menjaga agar tali pusat tetap kering
dan bersih, mencegah infeksi pada
bayi baru lahir, membiarkan tali
pusat terkena udara agar cepat kering
dan lepas.
.
4.Penatalaksanaan perawatan tali pusat
yang benar
(Panduan APN, 2010)
a. Peralatan Yang Dibutuhkan:
1). 2 Air DTT, hangat :
-
1 untuk membasahi dan menyabuni
-
1 untuk membilas
2). Washlap kering dan basah
3). Sabun bayi
4). Kassa steril
5). 1 set pakaian bayi
b. Pr
osedur Perawatan Tali Pusat:
1). Cuci tangan.
2)
. Dekatkan alat.
3). Siapkan 1 set baju bayi yang
tersusun rapi, yaitu: celana, baju,
bedong yang sudah digelar.
4). Buka bedong bayi.
5). Lepas bungkus tali pusat.
6). Bersihkan/
ceboki dengan washlap 2
-
3x dari bagian muka
sampai kaki/ atas ke bawah.
7). Pindahkan bayi ke baju dan
bedong yang bersih.
8). Bersihkan tali pusat, dengan
cara:
a). Pegang bagian ujung
b). Basahi dengan washlap dari ujung
me
lingkar ke batang
c). Disabuni pada bagian batang dan
pangkal
d). Bersihkan sampai sisa sabunnya
hilang
e).
Keringkan sisa air dengan kassa steril
f).
Tali pusat tidak dibungkus.
9). Pakaikan popok, ujung atas popok
dibaw
ah tali pusat, dan
talikan di pinggir. Keuntungan :
Tali pusatnya tidak lembab,
jika pipis tidak langsung mengenai
tali pusat, tetapi ke bagian
popok dulu.
10). Bereskan alat.
11). Cuci tangan.
Menurut rekomendasi WHO, cara
perawatan tali pusa
t yaitu
cukup membersihkan bagian pangkal
tali pusat, bukan ujungnya,
dibersihkan menggunakan air dan
sabun, lalu kering anginkan hingga
benar
-
benar kering. Untuk membersihkan pangkal
tali pusat, dengan
sedikit diangkat (bukan ditarik).
Penelitian sebelum
nya menunjukkan bahwa tali pusat
yang
dibersihkan dengan air dan sabun
cenderung lebih cepat puput
(lepas) dibanding tali pusat yang
dibersihkan menggunakan alkohol.
Selama sebelum tali pusat puput,
sebaiknya bayi tidak
dimandikan dengan cara dicelupkan k
e dalam air, cukup dilap saja
dengan air hangat. Tali pusat harus
dibersihkan sedikitnya 2x sehari
selama balutan atau kain yang
bersentuhan dengan tali pusat tidak
dalam keadaan kotor atau basah. Tali
pusat juga tidak boleh dibalut
atau ditutup rapat deng
an apapun, karena akan membuatnya
menjadi
lembab. Selain memperlambat puputnya
tali pusat, juga dapat
menimbulkan resiko infeksi. Intinya
adalah membiarkan tali pusat
terkena udara agar cepat mengering
dan terlepas.
5
.
Dampak positif dan dampak negatif
Dampak positif dari perawatan tali
pusat adalah
bayi akan
sehat dengan kondisi tali pusat
bersih dan tidak terjadi infeksi serta
tali pusat pupus lebih cepat yaitu
antara hari ke 5
-
7 tanpa ada
kom
plikasi (Hidayat, 2005).
Dampak negatif perawata
n tali pusat adalah
apabila tali pusat
tidak dirawat dengan baik, kuman
-
kuman bisa masuk sehingga
terjadi infeksi yang mengakibatkan
penyakit
Tetanus neonatorum
.
Penyakit ini adalah salah satu
penyebab kematian bayi yang terbesar
di Asia Tenggara dengan ju
mlah 220.000 kematian bayi, sebab
masih
banyak masyarakat yang belum
mengerti tentang cara perawatan tali
pusat yang baik dan benar (Dinkes
RI, 2005).
Cara persalinan yang
tidak steril dan cara perawatan tali
pusat dengan pemberian ramuan
tradisional menin
gkatkan terjadinya tetanus pada bayi
baru lahir
(Retniati, 2010;11).
6. Cara pencegahan infeksi pada tali
pusat
Cara penanggulangan atau pencegahan
infeksi pada tali pusat
meliputi:
a
). Penyuluhan bagi ibu pasca melahir
kan tentang merawat tali p
usat
b
). Memberikan latihan tentang
perawatan tali pusat pada ibu pasca
persalinan.
c
). Instruksikan ibu untuk sel
alu memantau keadaan bayinya.
d
). Lakukan perawatan tali pusat
setiap hari dan setiap kali basah
atau
kotor.
(Arin & Akbar, 2009
).
Hasil penelitian Sri Mutia Batu Bara
(2009) di desa Kota Datar
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten
Deli Serdang menyebutkan
bahwa jumlah infeksi pada tali pusat
pada tahun 2008 berjumlah 65%
kemudian meningkat menjadi 80% pada
tahun 2009, kondisi ini
menunjukkan bahwa angka infeksi tali
pusat semakin meningkat.
Rendahnya pengetahuan tentang
perawatan tali pusat diduga turut
menjadi faktor penyebab tingginya
angka kematian akibat infeksi
tali
pusat,
(Iis Sinsin, 2008).
Infeksi tali pusat pada dasa
rnya dapat dicegah dengan melakukan
perawatan tali pusat yang baik dan
benar, yaitu dengan prinsip perawatan
kering dan bersih. Pemakaian
antimikrobial topikal pada perawatan tali
pusat dapat mempengaruhi waktu
pelepasan tali pusat, yaitu merusak
flora nor
mal sekitar tali pusat sehingga
memperlambat pelepasan tali
pusat (Retniati, 2010;4). Pemberian
antiseptik pada tali pusat tidak
diperlukan, karena resiko terjadinya
kontaminasi adalah kecil, yang
penting terjaga kebersihannya.
Berbeda dengan bayi yang dir
awat di
rumah sakit, penggunaan antiseptik
mungkin diperlukan untuk
mengurangi terjadinya infeksi pada
tali pusat (Ratri Wijaya, 2006;12).
Perawatan praktis lainnya
yang mungkin dapat mengurangi
timbulnya resiko terjadinya infeksi tali
pusat adalah
dengan cara rawat gabung dan kontak
langsung kulit bayi
dan ibunya mulai lahir agar bayi
mendapatkan pertumbuhan flora normal
dari ibunya yang sifatnya patogen.
Pemberian air susu ibu yang dini dan
sering akan memberikan antibodi
kepada bayi untuk melawan
infeksi.
Pemberian antiseptik pada tali pusat
tidak diperlukan, karena resiko
terjadinya kontaminasi adalah kecil,
yang penting terjaga kebersihannya.
Berbeda dengan bayi yang dirawat di
rumah sakit, penggunaan antiseptik
mungkin diperlukan untuk mengurang
i terjadinya infeksi pada tali pusat
(Retniati, 2010;12
b. Pemberian
ASI
Rangsangan
isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh serabut syaraf ke
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin inilah yang
memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi menghisap puting
susu akan semakin banyak prolaktin dan ASI dikeluarkan. Pada hari-hari pertama
kelahiran bay, apabila penghisapan puting susu cukup adekuat maka akan
dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelah
hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700-800 ml ASI per hari
(kisaran 600-1000 ml untuk tumbuh kembang bayi). Produksi ASI mulai menurun
(500-700 ml) setelah 6 bulan kedua usia bayi. Produksi ASI akan meningkat
menjadi 300-500 pada tahun kedua usia anak.
c. Refleks
Laktasi
Dimasa
laktasi, terdapat 2 mekanisme refleks pada ibu yaitu refleks prolaktin dan
refleks oksitosin berperan dalam produksi ASI dan involusi uterus (khususnya
pada masa nifas).
Pada
bayi, terdapat 3 jenis refleks, yaitu :
1) Refleks
mencari puting susu (rooting refleks)
Bayi akan menoleh ke arah
dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila
bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang disentuhkan tersebut.
2) Refleks
menghisap (suckling refleks) :
Rangsangan puting suus
pada langit-langit bayi menimbulkan refleks menghisap. Isapan ini akan
menyebabkan areola dan puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan langit-langit
bayi sehingga sinus laktifus dibawah areola dan ASI terpancar keluar.
3) Refleks
menelan (swallowing refleks) :
Kumpulan ASI didalam
mulut bayi mendesak otot-otot di daerah mulut dan fraing untuk mengaktifkan
refleks menelan dan mendorong ASI kedalam lambung bayi. Keuntungan memberikan
ASI :
- Mempromosikan
keterikatan emosional ibu dan bayi
- Memberikan
kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum
- Merangsang
kontraksi uterus
.
f. Jaga
kehangatan bayi
Berikan
bayi kepadaa ibunya secepat mungkin. Kontak antara ibu dengan kulit bayi sangat
penting untuk kehangatan mempertahankan panas tubuh bayi. Gantilah handuk/kain
yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan jangan lupa memastikan
kepala bayi telah terlindungi dengan baik untuk mencegah kehilangan panas.
Apabila suhu bayi ˃36,5˚, segera hangatkan bayi dengan teknik metode kangguru.
Perawatan metode kangguru adalah perawtan untuk bayi prematur dengan melakukan
kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu. Metode ini sangat tepat dan
mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan bayi yang baru lahir
prematur maupun yang aterm. Kehangatan tubuh ibu merupakan sumber efektif. Hal
ini terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi.
Prinsip
ini dikenal sebagai skin to skin contact atau meyode kangguru.
Perawatan dengan metode kangguru merupakan cara efektif untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, ASI, perlindungan dari
infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang.Bayi baru lahir daoat
kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
1) Evaporasi adalah
jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi penguapan
cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena
setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan dan di selimuti.
2) Konduksi adalah
kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3) Konveksi adalah
kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan
cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi
konveksi aliran uadara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
4) Radiasi adalah
kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.Bayi bisa kehilangan
panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh
bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
g. Mencegah
kehilangan panas
Cegah terjadinya
kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
1) Keringkan
bayi dengan seksama : pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir
untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban
pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan
diatas perut ibu. Mengringkan dengan cara menyeka tubuh bayi juga merupakan
rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasnnya.
2) Selimuti
bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat : segera setelah mengeringkan
tubuh bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh
cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat,
kering dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh
bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain yang basah diganti
dengan selimut atau akain yang baru (hangat, bersih, dan kering).
3) Selimuti
bagian kepala bayi : pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti
setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan
bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4) Anjurkan
ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya : pelukan ibu pada tubuh bayi sapat
menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk
menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai
dalam waktu 1 jam pertama kelahiran.
5) Jangan
segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir : karena bayi baru lahir cepat
dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut
bersih dan kering.berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada
saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi
sebaiknya dimandikan (sedikitnya) 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam
beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat
membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
6) Praktik
memandikan bayi yang dianjurkan : tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir,
sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau
hipotermia). Sebelum memandikan bayi periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suhu
aksila 36,5˚-37,5˚C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5 selimuti kembali
tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepalanya dan tempatkan bersama ibunya
ditempat tidur atau lakukan persentuhan kulit ibu-bayi dan selimuti keduanya.
7) Tunda
memandikan bayi bila suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit)
1 jam : tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami maslah pernapasan.
Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan
angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan
beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti
tubuh bayi setelah dimandikan. Mandikan bayi secara cepat dengan air
bersih dan hangat. Segera keringkan bayi denagn menggunakan handuk bersih dan
kering. Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian
selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti
dengan baik. Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti
dengan baik. Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan
bayinya.
h. Tempatkan
bayi di lingkungan yang hangat
Tempatkan
bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya bayi ditempatkan di tempat tidur yang
sama dengan ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya
adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong
ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
i. Tanda-tanda
bahaya
Jika
timbul tanda-tanda bahaya, ajarkan ibu untuk melakukan : berikan pertolongan
pertama sesuai kemampuan ibu dan sesuai kebutuhan sampai bayi memperoleh
perawatan medis lanjutan. Bawa bayi ke RS atau klinik terdekat untuk perawatan
tindakan segera.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan
yang diberikan pada bayi 6 minggu pertama harus dilakukan secara benar dan
tepat agar bayi merasa nyaman dan tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan.
Asuhan yang diberikan antara lain :
1. Dalam
Pemberian ASI
2. Pengukuran
BB
3. Kontrol
Suhu
4. Perawatan
Tali Pusat
5. Memandikan
Bayi
6. Penyuluhan
Sebelum pada Orang Tua
7. Mempromosikan
vaksinasi
B. Saran
Diharapkan
makalah ini dapat memberikan manfaat pada para pembaca
dalam menambah pengetahuan tentang asuhan pada bayi 6 minggu pertama. Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritk dan saran diharapkan
untuk dapat menyempurnakannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar