hujan salju

Minggu, 31 Januari 2016

MAKALAH ASKEB Ii
Perubahan fisiolis dan pisikologi pada kala III persalinan
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Dwi pratiwi
Nim : 14.1717

AKADEMI KEBIDANAN PEMKO TEBING TINGGI
T.A 2015 / 2016





PERUBAHAN PISIKOLOGI DAN FIOLOGI PADA KALA III PERSALINAN

Persalinan merupakan proses alamiah atau fisiologi yang akan dialami oleh setiap wanita/ibu. Persalinan dapat dibagi dalam 4 tingkat yaitu: kala I dimulai dari kontraksi uterus yang teratur dan berakhir pada pembukaan lengkap serviks, kala II dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai dengan bayi lahir, dan kala III dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta. Rata-rata lama kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara maupun multipara,dan  kala IV yaitu plasenta lahir sampai dengan dua jam.
Persalinan memang hal yang fisiologis tetapi keadaan ini dapat berubah menjadi patologi apabila terjadi kelalaian dan kurang hati-hati. Jika hal yang patologik tersebut tidak segera ditangani maka dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi yang dapat membahayakan nyawa ibu. Untuk mencegah hal itu sebaiknya selama masa kehamilan ibu selalu memeriksakan diri kepetugas kesehatan dan jika sudah waktunya melahirkan ibu harus ditolong oleh petugas kesehatan pula .
Tingginya angka kematian ibu dan anak umumnya akibat ahli kebidanan atau bidan terlambat mengenali, terlambat merujuk pasien ke perawatan yang lebih lengkap, terlambat sampai di tempat rujukan, dan terlambat ditangani.
Penanganan rujukan obstetri merupakan mata rantai yang penting, menjadi faktor penentu dari hasil akhir dari kehamilan dan persalinan. Kurang lebih 40% kasus di RS merupakan kasus rujukan. Kematian maternal di RS pendidikan 80-90% merupakan kasus rujukan. Kematian perinatal di RS pendidikan kurang lebih 60% berasal dari kelompok rujukan.

Oleh karena itu bidan wajib mempelajari materi ini untuk dapat mencegah dan menangani langsung komplikasi-koplikasi yang mungkin terjadi pada persalinan kala III.


Perubahan Fisiologis dan Persalinan
1.    Perubahan Uterus
           
Involusi uterus merupakan suatu porses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot – otot polos uterus (Ambarwati, 2010;  73).
Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi . Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dindng uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di bawah ini : Perubahan bentuk dan tinggi fundus Setelah bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan) Tali pusat memanjang Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda ahfeld) Semburan darah mendadak dan singkat Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi . apabila kumpulan darah dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

2.    Perubahan Serviks
Segera setelah selesainya kala III persalinan serviks dan segmen bawah uteri dan menjadi struktur yang tipis kolaps dan kendur. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selama beberapa hari, segera setelah persalinan, mulutnya dengan mudah dapat di masuki dua jari, tetapi pada akhir minggu pertama telah terjadi demikian sempit sehingga sulit untuk memasukkan satu jari. Setelah minggu pertama servik mendapatkan kembali tonus nya pada saat saluran kembali terbentuk dan tulang internal tertutup. 
Tulang eksternal dianggap sebagi penangkapan yang menyerupai celah. Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat menipis berkontraksi dan bertraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Dalam perjalanan beberapa minggu, segmen bawah di ubah dari struktur yang jelas-jelas cukup besar untuk membuat kebanyakan kepala jani cukup bulan menjadi istamus uteri hampir tidak dapat dilihat yang terletak diantara korpus diatas dan os interna servik dibawah. Segera setelah melahirkan, servik menjadi lembek, kendor, terpulai, dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga pembatasan antara korpus dan servik uteri berbentuk cincin. Warna servik merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan dua sampai tiga jari . dan setelah 1 mingguhanya 1 saja yang dapat masuk. Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi servik, robekan servik dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robeka-robeka pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.

3.    Perubahan Kardiovaskuler
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung sedikit meningkat dibandingkan sebelum persalinan.

4.    Perubahan Tekanan Darah
Tekanan sistolik dan distolik mulai kembali ketingkat sebelum persalian. Peningkatan atau penurunan tekanan darah masing-masing merupakan indikasi gangguan hipertensi pada kehamilan atau syok. Peningkatan tekanan sistolik dengan tekanan diastolik dalam batas normal dapat mengindikasikan ansietas atau nyeri.
Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Penurunan takanan darah bisa mengindikasikan adanya hipovolemia yang berkaitan dengan hemorhagi uterus. Peningkatan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia (Maryunani, 2009; h. 26).
Perkiraan darah yang hilang pada masa persalinan sangat sulitmemperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah sering kali bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap kain.Salah satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihatvolume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol500ml dapat menampung semua darah tersebut. Jika darah bisa mengisi 2 botol, artinya pasien telah kehilangan 1L darah, jika darah bisa menisi ½ botol pasien kehilangan 250ml darah dan seterusnya. 
Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salahsatu cara untuk menilai kondisi pasien,cara tak langsung untuk mengukur kehilangan darah adalahmelalui penampakan gejala dan tekanan darah apabila perdarahan menyebabkan pasien lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistoleturun lebih dari 10mmHg dari kondisi sebelumya, maka telah terjadi perdarahan ebih dari 500ml. Bila pasien mengalami syok hipovolemik,maka pasien telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah (2000-2500ml).

5.    Perubahan Nadi
Nadi >100 x/mnt, Nadi secara bertahap kembali ketingkat sebelum melahirkan. Peningkatan denyut nadi dapat menunjukkan infeksi, syok, ansietas, atau dehidrasi. Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerpurium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi/ hemoragi pascapartum lambat (Varney, 2007; 61).

6.    Perubahan Suhu
Suhu tidak lebih dari 37,5° . Suhu tubuh kembali meningkat perlahan. Peningkatan suhu menunjukkan proses infeksi atau dehidrasi. Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum (Varney, 2007; h. 961).

7.    Perubahan Pernafasan
              Pernapasan kembali normal, pada peningkatan frekuensi pernapasan dapat menunujukan syok atau ansietas. Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009; h. 27).
              Sistem pernafasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia dan hipokapnea (karbondioksida menurun), Pada tahap kedua persalinan. Jika ibu tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengkonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.
Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum perssalinan, kenaikan ini dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri, kekkhawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang tidak benar. Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengendalikan pernafasan (untuk menghindari hiperventilasi) yang ditandai oleh adanya perasaan pusing.
8.    Perubahan Metabolisme
            Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh ansietas dan aktivitas otot rangka. Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.
Peningkatan curah jantung dan cairan yang hilang mempengaruhi fungsi ginjal dan perlu mendapat perhatian serta ditindaklanjuti guna mencagah terjadinya dehidrasi.

9.    Perubahan Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang jelas pada posisi telentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama kehamilan.
Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk mengetahui adanya distensi, untuk mencegah (1) obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang akan mencegah penurunan bagian presentasi janin. Dan (2) trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan menyebabkan hipotonia kandung kemih dan retensi urine selama periode pascapartum awal.

10. Perubahan Gastrointestinal
Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi. Wanita mungkin menahan defekasi karena perineumnya mengalami perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan jika melakukan defekasi (Varney, 2007; h. 961).

11. Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml, selama persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan postpartum.
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali ketingkat pra perssalinan pada hari pertama setelah persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan, waktu koagulasi berkurang dan akan mendapat tambahan plasma selama persalinan. Jumlah sel-sel darah putih  meningkat secara progresif selama kala satu persalinan sebesar 500 s/d 15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap, hal ini teidak berindikasi adanya infeksi. Setelah itu turun lagi kembali keadaan semula. Gula darah akan turun selama persalinan dan akan turun secara menyolok pada persalinan yang mengalami penykit atau persalinan lama, hal ini disebsbkan karena kegiatan uterus dan otot-otot kerangka tubuh. Penggunaan uji laboratorium untuk penapsian ibu yang menderita diabetes militus akan memberikan hasil yang tidak tepat dan tidak dapat diandalkan.


Kebutuhan ibu kala III
            Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama proses persalinan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1.    Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.
2.    Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
3.    Pencegahan infeksi pada kala III.
4.    Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
5.    Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
6.    Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7.    Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III
Adapun pemenuhan kebutuhan pada ibu dikala III diantaranya :
A.   Menjagakebersihan
Disini ibu harus tetap dijaga kebersihan pada daerah vulva karena untuk menghindari infeksi. Untuk menghindari infeksi dan bersarangnya bakteri pada daerah vulva dan perineum. Cara pembersihan perineum dan vulva yaitu dengan menggunakan air matang (disinfeksitingkattinggi) dan dengan menggunakan kapas atau kassa yang bersih. Usapkan dari atas kebawah mulai dari bagian anterior vulva kea rah rectum untuk mencegah kontaminasi tinja kemudian menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut kurang lebih dalam sehari tiga kali atau pun bila saat ibu BAK dirasa pembalut sudah basah. (tidakmungkinuntukdipakailagi). Janganlupamenganjurkanibuuntukmengeringkanbagian perineum dan vulva.

B.   Pemberiancairandannutrisi
Memberikanasupannutrisi  (makananringandanminuman) setelahpersalinan, karenaibutelahbanyakmengeluarkantenagaselamakelahiranbayi. Denganpemenuhanasupannutrisiinidiharapkan agar ibutidakkehilanganenergi.

C.   Kebutuhanistirahat
Setelah janin dan plasenta lahir kemudian ibu sudah dibersihkan ibu dianjurkan untuk istirahat setelah pengeluaran tenaga yang banyak pada saat persalinan. Disini pola istiraha tibu dapat membantu mengembalikan alat-alat reproduksi dan meminimalisasikan trauma pada saat persalinan.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komplikasi persalinan kala III merupakan masalah yang terjadi setelah janin lahir/ berada diluar rahim. Komplikasi yang terjadi adalah perdarahan yang sering menyebabkan kefatalan/kematian bila tidak ditangani sesegera mungkin. Perdarahan post partum dibagi menjadi dua yaitu perdarahan primer dan sekunder, perdarahan  primer terjadi dalam 24 jam pertama dan sekunder sesudah itu. Hal-hal yang menyebabkan perdarahan post partum adalah; Atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, terlepasnya sebagian plasenta dari uterus, tertinggalnya sebagian dari plasenta umpamanya klotiledon atau plasenta suksenturiata. Kadang-kadang perdarahan disebabkan oleh kelainan proses pembekuan darah akibat dari hipofibrinogenemia(solution plasenta, retensi janin mati dalam uterus, emboli air ketuban).
Saran
Kepada Bidan dan tenaga kesehatan lainnya, dalam memberikan asuhan kebidanan harus sesuai standar manajemen kebidanan, sehingga masalah yang dihadapi klien teratasi. Kepada Klien hendaknya berdifat kooperatif dengan tenaga kesehatan dan mengikuti segala saran dan nasehat dari tenaga kesehatan.





DAFTAR PUSTAKA

Pusdiknakes., WHO, JHPIEGO. 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis Bagi Dosen Diploma III Kebidanan. Buku Asuhan Intrapartum: Jakarta:EGC
Azwar,Azrul.2008.Asuhan persalinan normal dan Inisiasi menyusui dini : Jakarta:EGC
 yeyeh,dkk.2009.Asuhan kebidanan II persalinan.Jakarta.transfor media
Sumarah, dkk. 2009. Perawatan ibu bersalin. Yogyakarta: Fitramaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar