MAKALAH ASKEB Ii
Perubahan fisiolis dan pisikologi pada kala III
persalinan
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Dwi pratiwi
Nim : 14.1717
AKADEMI KEBIDANAN PEMKO TEBING TINGGI
T.A 2015 / 2016
PERUBAHAN PISIKOLOGI DAN FIOLOGI PADA KALA III
PERSALINAN
Persalinan merupakan proses alamiah atau fisiologi
yang akan dialami oleh setiap wanita/ibu. Persalinan dapat dibagi dalam 4
tingkat yaitu: kala I dimulai dari kontraksi uterus yang teratur dan berakhir
pada pembukaan lengkap serviks, kala II dimulai dari pembukaan lengkap serviks
sampai dengan bayi lahir, dan kala III dari bayi lahir sampai keluarnya
plasenta. Rata-rata lama kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara
maupun multipara,dan kala IV yaitu
plasenta lahir sampai dengan dua jam.
Persalinan memang hal yang fisiologis tetapi keadaan
ini dapat berubah menjadi patologi apabila terjadi kelalaian dan kurang
hati-hati. Jika hal yang patologik tersebut tidak segera ditangani maka dapat
mengakibatkan berbagai macam komplikasi yang dapat membahayakan nyawa ibu.
Untuk mencegah hal itu sebaiknya selama masa kehamilan ibu selalu memeriksakan
diri kepetugas kesehatan dan jika sudah waktunya melahirkan ibu harus ditolong
oleh petugas kesehatan pula .
Tingginya angka kematian ibu dan anak umumnya akibat
ahli kebidanan atau bidan terlambat mengenali, terlambat merujuk pasien ke
perawatan yang lebih lengkap, terlambat sampai di tempat rujukan, dan terlambat
ditangani.
Penanganan rujukan obstetri merupakan mata rantai yang
penting, menjadi faktor penentu dari hasil akhir dari kehamilan dan persalinan.
Kurang lebih 40% kasus di RS merupakan kasus rujukan. Kematian maternal di RS
pendidikan 80-90% merupakan kasus rujukan. Kematian perinatal di RS pendidikan kurang
lebih 60% berasal dari kelompok rujukan.
Oleh karena itu bidan wajib mempelajari materi ini
untuk dapat mencegah dan menangani langsung komplikasi-koplikasi yang mungkin
terjadi pada persalinan kala III.
Perubahan Fisiologis dan Persalinan
1.
Perubahan
Uterus
Involusi uterus merupakan suatu porses kembalinya
uterus ke keadaan sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot – otot polos uterus
(Ambarwati, 2010; 73).
Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi . Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat
perlekatan semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta
akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dindng uterus. Setelah lepas,
plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau
semua hal-hal di bawah ini : Perubahan bentuk dan tinggi fundus Setelah bayi
lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan
tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau
alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan)
Tali pusat memanjang Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda
ahfeld) Semburan darah mendadak dan singkat Darah yang terkumpul di belakang
plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi .
apabila kumpulan darah dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam
plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi
plasenta yang terlepas.
2. Perubahan Serviks
Segera setelah selesainya kala III persalinan serviks dan segmen bawah
uteri dan menjadi struktur yang tipis kolaps dan kendur. Mulut serviks mengecil
perlahan-lahan. Selama beberapa hari, segera setelah persalinan, mulutnya
dengan mudah dapat di masuki dua jari, tetapi pada akhir minggu pertama telah
terjadi demikian sempit sehingga sulit untuk memasukkan satu jari. Setelah
minggu pertama servik mendapatkan kembali tonus nya pada saat saluran kembali
terbentuk dan tulang internal tertutup.
Tulang eksternal dianggap sebagi penangkapan yang menyerupai celah. Setelah
kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat menipis berkontraksi dan
bertraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Dalam perjalanan beberapa minggu,
segmen bawah di ubah dari struktur yang jelas-jelas cukup besar untuk membuat
kebanyakan kepala jani cukup bulan menjadi istamus uteri hampir tidak dapat
dilihat yang terletak diantara korpus diatas dan os interna servik dibawah.
Segera setelah melahirkan, servik menjadi lembek, kendor, terpulai, dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga pembatasan antara korpus dan
servik uteri berbentuk cincin. Warna servik merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat
dimasukkan dua sampai tiga jari . dan setelah 1 mingguhanya 1 saja yang dapat
masuk. Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi servik, robekan servik dapat
sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama sebelum
hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan
robeka-robeka pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.
3. Perubahan Kardiovaskuler
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis
naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung sedikit meningkat
dibandingkan sebelum persalinan.
4.
Perubahan
Tekanan Darah
Tekanan sistolik dan distolik mulai kembali ketingkat
sebelum persalian. Peningkatan atau penurunan tekanan darah masing-masing
merupakan indikasi gangguan hipertensi pada kehamilan atau syok. Peningkatan tekanan sistolik dengan
tekanan diastolik dalam batas normal dapat mengindikasikan ansietas atau nyeri.
Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil
setelah melahirkan. Penurunan takanan darah bisa mengindikasikan adanya
hipovolemia yang berkaitan dengan hemorhagi uterus. Peningkatan sistolik 30
mmHg dan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan
penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia (Maryunani, 2009; h.
26).
Perkiraan darah yang hilang pada masa persalinan
sangat sulitmemperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah sering
kali bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap kain.Salah
satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihatvolume darah yang
terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol500ml dapat menampung semua
darah tersebut. Jika darah bisa mengisi 2 botol, artinya pasien telah
kehilangan 1L darah, jika darah bisa menisi ½ botol pasien kehilangan 250ml darah dan seterusnya.
Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salahsatu cara
untuk menilai kondisi pasien,cara tak langsung untuk mengukur kehilangan darah
adalahmelalui penampakan gejala dan tekanan darah apabila perdarahan menyebabkan pasien lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistoleturun
lebih dari 10mmHg dari kondisi sebelumya, maka telah
terjadi perdarahan ebih dari 500ml. Bila pasien mengalami syok hipovolemik,maka
pasien telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah (2000-2500ml).
5. Perubahan Nadi
Nadi >100 x/mnt, Nadi secara bertahap kembali ketingkat sebelum melahirkan. Peningkatan
denyut nadi dapat menunjukkan infeksi, syok, ansietas, atau dehidrasi. Denyut nadi
yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama
pascapartum. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerpurium, hal tersebut
abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi/ hemoragi pascapartum lambat
(Varney, 2007; 61).
6.
Perubahan
Suhu
Suhu tidak lebih dari 37,5° . Suhu tubuh kembali meningkat perlahan. Peningkatan suhu menunjukkan proses
infeksi atau dehidrasi. Suhu
maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode
intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum (Varney, 2007; h. 961).
7.
Perubahan
Pernafasan
Pernapasan kembali normal, pada peningkatan frekuensi pernapasan dapat
menunujukan syok atau ansietas. Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat
sebelum hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009; h. 27).
Sistem pernafasan juga beradaptasi.
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari
peningkatan frekuensi pernafasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis
respiratorik (pH meningkat), hipoksia dan hipokapnea (karbondioksida menurun),
Pada tahap kedua persalinan. Jika ibu tidak diberi obat-obatan, maka ia akan
mengkonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan
pemakaian oksigen.
Pernafasan terjadi
kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum perssalinan, kenaikan ini dapat disebabkan
karena adanya rasa nyeri, kekkhawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang
tidak benar. Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengendalikan pernafasan
(untuk menghindari hiperventilasi) yang ditandai oleh adanya perasaan pusing.
8. Perubahan Metabolisme
Selama
persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob meningkat dengan
kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh ansietas dan
aktivitas otot rangka. Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari
peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, curah jantung, dan cairan yang
hilang.
Peningkatan
curah jantung dan cairan yang hilang mempengaruhi fungsi ginjal dan perlu
mendapat perhatian serta ditindaklanjuti guna mencagah terjadinya dehidrasi.
9.
Perubahan
Ginjal
Poliuria
sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan peningkatan
lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju
filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang jelas
pada posisi telentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama
kehamilan.
Kandung
kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk mengetahui adanya distensi,
untuk mencegah (1) obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang
akan mencegah penurunan bagian presentasi janin. Dan (2) trauma pada kandung
kemih akibat penekanan yang lama, yang akan menyebabkan hipotonia kandung kemih
dan retensi urine selama periode pascapartum awal.
10.
Perubahan
Gastrointestinal
Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium
awal karena kurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan
defekasi. Wanita mungkin menahan defekasi karena perineumnya mengalami
perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak
jahitan jika melakukan defekasi (Varney, 2007; h. 961).
11.
Perubahan Hematologi
Hemoglobin
meningkat sampai 1,2 gr/100 ml, selama persalinan dan akan kembali pada tingkat
seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan
postpartum.
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama
persalinan dan kembali ketingkat pra perssalinan pada hari pertama setelah
persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan, waktu
koagulasi berkurang dan akan mendapat tambahan plasma selama persalinan. Jumlah
sel-sel darah putih meningkat secara progresif selama kala satu
persalinan sebesar 500 s/d 15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap,
hal ini teidak berindikasi adanya infeksi. Setelah itu turun lagi kembali
keadaan semula. Gula darah akan turun selama persalinan dan akan turun secara
menyolok pada persalinan yang mengalami penykit atau persalinan lama, hal ini
disebsbkan karena kegiatan uterus dan otot-otot kerangka tubuh. Penggunaan uji
laboratorium untuk penapsian ibu yang menderita diabetes militus akan
memberikan hasil yang tidak tepat dan tidak dapat diandalkan.
Kebutuhan ibu kala III
Asuhan
sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama
proses persalinan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1. Memberikan
kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.
2. Memberitahu
setiap tindakan yang akan dilakukan.
3. Pencegahan
infeksi pada kala III.
4. Memantau
keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
5. Melakukan
kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
6. Pemenuhan kebutuhan
nutrisi dan hidrasi.
7. Memberikan
motivasi dan pendampingan selama kala III
Adapun
pemenuhan kebutuhan pada ibu dikala III diantaranya :
A.
Menjagakebersihan
Disini ibu
harus tetap dijaga kebersihan pada daerah vulva karena untuk menghindari
infeksi. Untuk menghindari infeksi dan bersarangnya bakteri pada daerah vulva
dan perineum. Cara pembersihan perineum dan vulva yaitu dengan menggunakan air
matang (disinfeksitingkattinggi) dan dengan menggunakan kapas atau kassa yang
bersih. Usapkan dari atas kebawah mulai dari bagian anterior vulva kea rah
rectum untuk mencegah kontaminasi tinja kemudian menganjurkan ibu untuk
mengganti pembalut kurang lebih dalam sehari tiga kali atau pun bila saat ibu
BAK dirasa pembalut sudah basah.
(tidakmungkinuntukdipakailagi). Janganlupamenganjurkanibuuntukmengeringkanbagian
perineum dan vulva.
B.
Pemberiancairandannutrisi
Memberikanasupannutrisi
(makananringandanminuman) setelahpersalinan,
karenaibutelahbanyakmengeluarkantenagaselamakelahiranbayi.
Denganpemenuhanasupannutrisiinidiharapkan agar ibutidakkehilanganenergi.
C.
Kebutuhanistirahat
Setelah janin dan plasenta
lahir kemudian ibu sudah dibersihkan ibu dianjurkan untuk istirahat setelah
pengeluaran tenaga yang banyak pada saat persalinan. Disini pola istiraha tibu
dapat membantu mengembalikan alat-alat reproduksi dan meminimalisasikan trauma
pada saat persalinan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komplikasi persalinan kala III merupakan masalah yang
terjadi setelah janin lahir/ berada diluar rahim. Komplikasi yang terjadi
adalah perdarahan yang sering menyebabkan kefatalan/kematian bila tidak
ditangani sesegera mungkin. Perdarahan post partum dibagi menjadi dua yaitu
perdarahan primer dan sekunder, perdarahan primer terjadi dalam 24 jam
pertama dan sekunder sesudah itu. Hal-hal yang menyebabkan perdarahan post
partum adalah; Atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir,
terlepasnya sebagian plasenta dari uterus, tertinggalnya sebagian dari plasenta
umpamanya klotiledon atau plasenta suksenturiata. Kadang-kadang perdarahan
disebabkan oleh kelainan proses pembekuan darah akibat dari
hipofibrinogenemia(solution plasenta, retensi janin mati dalam uterus, emboli
air ketuban).
Saran
Kepada Bidan dan tenaga kesehatan lainnya, dalam
memberikan asuhan kebidanan harus sesuai standar manajemen kebidanan, sehingga
masalah yang dihadapi klien teratasi. Kepada Klien hendaknya berdifat
kooperatif dengan tenaga kesehatan dan mengikuti segala saran dan nasehat dari
tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Pusdiknakes.,
WHO, JHPIEGO. 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis Bagi Dosen Diploma III Kebidanan. Buku
Asuhan Intrapartum: Jakarta:EGC
Azwar,Azrul.2008.Asuhan persalinan normal dan Inisiasi
menyusui dini : Jakarta:EGC
yeyeh,dkk.2009.Asuhan kebidanan II persalinan.Jakarta.transfor media
Sumarah,
dkk. 2009. Perawatan ibu bersalin.
Yogyakarta: Fitramaya.